Yang Populer Yang Bersuara

Catatan Pengantar, peradaban kita berkembang dalam sekian cara yang tidak sama. peristiwa-peristiwa besar terjadi, namun persitiwa besar itu hanya tinggal di stabilo hingga menjadi catatan historis dunia.

Sementara sekian peristiwa yang terjadi mengendap dalam sepiring kenangan di benak setiap orang, dan para leluhur mengisahkannya. Banyak yang bermakna pembaharuan dan kemajuan. Sisanya berupa keburukan dan kejahatan, justru kita bekukan dalam mesin-mesin pendingin ruangan hingga kita engan menjadikanya memori. 

Inilah kontras ranah budaya kita yang kian hari hanya menjadi parodi dan sandiwara getir. Namun disini kita berbicara pembangkangan dimana yang populer yang bersuara, saat telunjuk dilayangkan sekenanya.

Namun di zaman kita ini puisi berbenturan dengan pamflet kepentingan perniagaan "Gue berpikir, makanya gue tambah binggung"?





Resistensi memang tampak kuat, namun siaoa yang berani mengkalaim paling dulu meninju tatanan yang runyam dalam kehidupan global? kita pun bisa saja membandingkan aksi-aksi gerilya saat para mahasiswa masa aksi turun kejalan menggakan hukum numun toh jadinya para penguasa sering mengabaikannya. Toh perjuanagan tak hanya dilihat dari sensasi, skala dan gaungannya, namun juga dari semanagat yang melandasinya. Perhatikan bahwa ada sengkarut jaringan tertentu dalam kehidupan yang membuat batasan-batasan ucapan dan tindakan semakin buram.



Kreativitas baru tampaknya sulit untuk kita maknai dengan pasti. Setiap detik dalam keseharian hidup kita, dihujani ribuan tawaran tanpa kita punya waktu untuk sekedar melacak semanagat murni yang melatarbelakanginya. Saya cuma mau bilang, Wawasan kita tak harus tunggal, Mari coba berpikir soal krisis.



Setiap orang merasa perlu bebas untuk dirinya. Ketika perasaan banyak orang menggumpal genap maka kehendak bebas pun terwujud dalam kerumunan orang-orang dengan penunggalan rasa.




Yang sebelumnya marginal kemudian menjadi sentral, yang tadinya alternatif lantas menjadi dominatif. Dunia adalah kereta, lintasan sejarah segenap buana adalah relnya. Setiap stasiun yang dijelang sang kereta menjadi area persinggahan banyak badan dan pikiran, orang-orang hilir-mudik menuju peron, bersenda gurau atau mengantuk, menunggu berangkat, ditunggu sanak diberanda. Ada yang bertegur sapa, ada yang diam-diam bermaksud minyikat harta milik orang disampingnya. Setiap peluit tanda berangkat dibunyikan, hanya kereta dan relnya yang bersepakat menuju titik pemberhentian berikutnya. Hinga kelak tiba diujung perjalanan stasiun terakhir. ( S.G) (09/05/2023)

Post a Comment

0 Comments